Mencerna Berita HOAX
Oleh: Riki Maulana
Kabid PPD HMI Cabang Sintang
Cepatnya arus informasi tidak diiringi dengan kemampuan dalam memilah informasi antara yang benar dan palsu (hoax). Budaya literasi masyarakat yang rendah menyebabkan kekurang pahaman dalam memilah informasi. Hanya dengan membaca judul berita yang terkesan provokatif masyarakat pengguna media sosial cenderung cepat merespon berita tersebut dengan langsung ikut menyebarkan dimedia sosial tanpa tahu tentang kebenaran isi berita yang ia bagikan. Akhir-akhir ini banyak sekali berita hoax yang bertebaran didunia maya yang beriskan tentang fitnah, ujaran kebencian dan bahkan berita yang mengadu domba.
Hoax (baca : hoks) menurut Menurut ahli bahasa Inggris, Robert Nares (1753-1829) hoax berasal dari kata hocus yang berarti 'to cheat' alias menipu. Bahkan hocus sendiri merupakan kependekan dari mantra sihir hocus pocus, yang tenar pada abad pertengahan. istilah hoax jika ditelusuri memang sulit dtemukan asal-usulnya. hoax memiliki akar yang panjang seiring dengan cakupan akibatnya yang cukup buruk pada publik luas. Dan di jaman dimana informasi tersebar dengan begitu mudahnya, hoax pun dengan begitu mudah tersebar.
Hoax adalah sebuah kejahatan informasi yang dilakukan untuk mempengaruhi opini publik agar masyarakat mempercayai informasi yang berwarna abu-abu atau bahkan palsu dan menganggapnya sebagai suatu kebenaran umum. Media sosial ini sudah terlalu dijejali dengan informasi, tak butuh lagi polusi informasi. Perkembangan teknologi informasi yang semakin memudahkan kita untuk mendapat dan menyeberluaskan informasi seharusnya menjadikan kita semakin cerdas dalam menyeleksi dan mencerna informasi. Kita harus membangun filter sendiri. Negeri ini butuh kedamaian, salah satu langkah kecilnya adalah berhenti menyebar informasi hoax atau yang masih buram kebenarannya.
Informasi menarik dan provokatif yang tersebar didunia maya tak selalu benar. Begitu juga informasi yang viral, belum tentu juga benar. Berhentilah memperkeruh suasana dengan menyebar hoax. Menyebarluaskan informasi hoax hanya akan menunjukkan kebodohan kita sendri dan dapat memicu ketegangan dan keresahan.Baru-baru ini kita dihebohkan dengan isu penculikan anak yang meresahkan sehingga menyebabkan masyarakat termakan isu dan melakukan aksi main hakim sendiri terhadap orang yang dicurigai sebagai pelaku penculikan tanpa bukti yang pasti. Selain itu fenomena hoax yang paling kentara bagi kita adalah saat pertarungan pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Banyak bertebaran informasi hoax yang ditujukan untuk menjatuhkan dan bahkan yang lebih ekstrim adalah untuk membunuh karakter calon yang bertarung. Karena informasinya viral dan serta merta dianggap sebagai sebuah kebenaran umum. Hal ini membuat pendukung calon bersiteru tiada henti. Baik di media sosial maupun di keseharian. Banyak akibat yang ditimbulkan oleh berita hoax salah satunya adalah akan menimbulkan perpecahan dan keresahan dalam kehidupan masyarakat.
Sebagai pengguna media sosial kita harus cerdas dan kritis dalam menyikapi suatu informasi, dengan melihat fenomena hoax akhir-akhir ini sebaiknya kita perlu memperbanyak referensi tentang suatu permasalahan agar tidak terjebak oleh berita hoax dan ikut menyebarluaskannya. Memperbanyak bahan bacaan tentu akan menambah wawasan agar kita semakin cerdas dalam menangkal berita hoax.